Oleh Maltuf A. Gungsuma
telahku terdiam saat kau menangis bersama hujan
telahku letakkan rukuk sujudku di dadamu yang kerontang
masihkah lautku terlihat biru di matamu
masihkah langitku hanya sangkar ayam pejantanmu
telah ku simpan batu yang membusuk di hatiku
agar kau tidak mengerti kenapa bantalmu ingin
-kau bagi untukku
kau tidak mengerti terlebih aku
mengapa ada buih terdampar di kakimu
padahal pantai tidak bermimpi malam ini
Jogja, 2008
Sylviana
Maltuf A. Gungsuma
PenulisAku hanya seorang lelaki yang menjalani hidup ini dengan sederhana. Sesedarhana tidur untuk menyembuhkan kantuk dan sesederhana senyum untuk menyembunyikan luka. Ibuku pun mengajari, "Jika kau lapar di rantau, Nak, makanlah 1 gorengan dan minumlah yang banyak, niscaya akan kenyang". Ya, sesederhana itu.
0 Comments
0 komentar:
Posting Komentar
Saya bahagia bila Anda bersedia memberi komentar setelah membaca tulisan di atas. Terima kasih.